Kamis, 14 Mei 2015



“Kecil- kecil membahana, Dia meng-Kocok Perut”
     Ia, Pantun namanya. Apa itu pantun,,,,  sesuatu yang langkah untuk diperbincangkan. Sesuatu yang aneh dan mungkin terkucilkan dari aktifitas sehari-hari. Namun, apa jadinya ketika pantun berada di tangan AmboIndo milik tanah Sulawesi Selatan. Dengan pakaian petua, mimic wajah yang tak biasa, dan kelincahan dalam berkata ( berpantun). Pantun yang dulunya tak berenergi kini layak untuk diangkat. Berkat kolaborasi keduanya dan music yang mengiringi, tawa penonton menjadi saksi betapa pantun sungguh membahana dan mampu mengkocok perut.
      Selain aura positif yang ditimbulkan dari pantun lewat dua pasutri tua nan penyot itu , ternyata pantun juga  mampu membuat penonton tak sadar sedang dikritik. Ini salah satu yang menjadi  daya tarik pantun lewat Ambo dan Indo. Kritik , nasehat-nasehat yang dilontarkan lewat pantun memiliki makna atau poin penting dari performance keduanya. Tidak hanya tawa yang mengkocok perut penonton melainkan ada kritik langsung yang disajikan dengan ‘malebbi’ . kritik malebbi terjadi  karena pantun membuat orang yang dikritik turut menertawai diri sendiri . Performance ini merupakan contoh unik mengkritik halus sesuatu.
     Kritikan-kritikan atau nasehat yang disampaikan AmboIndo tidak mengenal ‘siapa dia’. Dalam artian entah itu kalangan petua-petua, kaula muda, hingga anak-anak menjadi pusat perhatian keduanya. Tak jarang kabinet  pemerintahan, Kabinet Borikrasi Unhas, pelaku-pelaku pengamanan, dsb turut menjadi sasaran bahan yang diangkat. Lagi-lagi diangkat untuk menjadi bahan perhatian bersama yang dikritik malebbi, menyisahkan gelitik tawa di wajah seluruh penonton yang hadir.
     Model katawa oleh kritikan pantun yang malebbi bermacam-macam. Mulai dari orang dengan tertawa ditutup mulutnya dengan tangan, ada yang tertawa lepas tanpa canggung. Ada yang ketawa sambil menunjuk-nunjuk AmboIndo dan beragam model ketawa yang dimunculkan. Namun ada model ketawa yang menjadi favorit AmboIndo ketika tampil yakni model ketawa oleh para pebesar-pebesar ( badan besar maksudnya). Kenapa para pebesar? Karena jika mereka tertawa perut besar mereka bergerak-gerak naik turun seperti kentang di film  Tuyul dan ba’yul. Tawa peserta menjadi aura positif massal dari power of pantun Ambo dan Indo.
     Tidak ingin berbicara banyak silahkan teman-teman intip sedikit model berpantun yang membahana, mengkritik malebbi , mengkocak habis para penonon. Karya AmboIndo Project. Yuk Marrri….


Jika Anda ingin menjadi salah satu saksi dari pantun model Sul-Sel yang mengkocok perut ini, silahkan hubungi AmboIndo Project di UKM Pantun Seni Kreatif UH. “From Nothing to Something”, AmboIndo Project. Salam Budaya Kreatif, UKM Pantun dan Seni kreatif Universitas Hasanuddin.

“Pantun mengkocok perut, sekaligus jadi pantun kritik malebbi , I love it , kamu ….?”


Salam,



Rahmi Wisdha S.Dai
 ( Ponneng )